Sunday, May 5, 2013

Inspirasi: Seandainya Sungai di Pemangkat ...


Sungai Cheonggyecheon terletak di jantung kota Seoul, Korea Selatan. Sungai ini mampu menarik minat para turis lokal maupun mancanegara dengan menawarkan daya tarik tersendiri. Meski merupakan kota yang padat dengan lalu-lalang beragam kendaraan bermotor, namun suasana sungai ini cukup tenang.
Di sisi kiri dan kanan sungai Cheonggyecheon disediakan jalur khusus untuk pejalan kaki. Dengan berjalan menyusuri tepi sungai, pejalan kaki dapat merasakan langsung kesejukan udara sekaligus mendengarkan aliran air yang menyegarkan. Kendati tidak bisa diminum, namun air di sungai itu sangat jernih.
Pada tanggal 5-14 November 2010 berlangsung Festival Lentera di sungai Cheonggyecheon. Maka suasana di sungai itu sangat meriah pada malam hari. Banyak pengunjung menyaksikan keindahan nyala lampu lentera berwarna-warni di sepanjang sungai itu.


Meskipun sungai kecil ini begitu indah dan menarik, namun sebelumnya sungai sepanjang hampir 6 km itu dulunya sangat kumuh dan sempat menjadi simbol kemiskinan di Korea Selatan. Menurut sebuah laman pemerintah Seoul, setelah Perang Korea (1950-1953), Cheonggyecheon menjadi lokasi pemukiman kaum pendatang yang ingin mengadu nasib di ibukota.



Seperti terlihat pada gambar di atas, rumah-rumah panggung kaum miskin bertebaran di sepanjang sungai sehingga membuat sungai Cheonggyecheon menjadi selokan besar dan tak ubahnya sebagai jamban dan tempat buang sampah bagi para pemukimnya. Pemandangan yang tak mengenakkan itu menyebabkan pemerintah setempat lalu melakukan perubahan besar-besaran.
Menurut laman Wikipedia, pada tahun 1958, dengan tujuan menjadikan Seoul sebagai kota modern,  sungai Cheonggyecheon berubah fungsi menjadi salah satu simbol "modernisasi" Korsel. Hal ini dilakukan dengan merelokasi para pemukim liar, kemudian di sungai itu dibangun banyak tiang pancang dan beton untuk pembangunan jalan layang. Pada tahun 1976, akhirnya sebuah jalan layang seleabar 16 meter selesai dibangun.


Akan tetapi pada Juli 2003, walikota Seoul saat itu, Lee Myung-bak melakukan perubahan. Revolusioner Lee, yang kini sukses menjadi presiden Korsel berkat visinya yang ramah lingkungan, ingin Cheonggyecheon kembali kepada statusnya semula sebagai anak sungai kecil yang mengalir di jantung ibukota. Tujuan lain dari proyek ini adalah untuk mengembalikan sejarah dan budaya daerah, yang telah hilang selama 30 tahun, dan untuk merevitalisasi perekonomian metropolitan di Seoul.
Untuk mewujudkan rencana besar itu, Lee Myung-bak mengyingkirkan jalan-jalan layang di atas sungai, begitu pula dengan tiang pancang dan lapisan beton yang menutupnya. Ia menggali aliran sungai dan memompa 120.000 ton air dari sungai Han ke sungai Cheonggyecheon. Setelah proyek berjalan dua tahun, Cheonggyecheon "lahir kembali" sebagai sungai sungguhan dan menjadi salah satu kebanggaan kota Seoul. Sungai ini turut menjadikan Seoul sebagai ibukota moderen yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Menurut keterangan pemerintah Seoul, kelahiran kembali sungai itu bahkan turut menurunkan tingkat polusi udara dan kian menyejukkan udara di tengah kota.
Maka sejak saat itu, penduduk Kota Seoul pun dapat melepas lelah dari kepenatan, bukan hanya di pusat perbelanjaan atau kafe-kafe, tapi juga dapat berkunjung ke sungai bersih ini dan berjalan-jalan di sana. Sebuah tempat yang gratis dan tidak kalah menarik untuk bersantai.



Semoga sungai Cheonggyecheon dapat menjadi aspirasi dan inspirasi bagi kota-kota besar lainnya dalam menjaga lingkungan sungai yang bersih dan menyenangkan.

Disadur dari berbagai sumber (dunia.vivanews.com | www.kaskus.us | en.wikipedia.org)

No comments: